tak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini penuh dengan ketidakberdayaanku. mungkin ini yang namanya perjuangan, seperti kata orang. ketidakberdayaan menunjukkan awal perjuangan, hanya saja kita tidak memenangkan perjuangan tersebut. ya, banyak yang telah ku lalui, namun banyak juga 'sia-sia' dari apa-apa yang ku lalui itu. bukan sia-sia sebenarnya, hanya belum saja saatnya (berusaha untuk menghibur diri). hahaha... tertawa garing dalam hati mengingat ketidakberdayaanku. lucu kah? atau pantas ku tangisi?
semuanya di tahun ini penuh makna, sebuah proses pembelajaran, proses pendewasaan. kata yang sangat aku tidak ingin dengar dan tahu. aku hanya menjalani hidupku tahunku dan masaku selangkah demi selangkah. hanya langkah terseret yang ku rasa, mataku kabur untuk melihat, telingaku samar mendengar, kecil tanganku untuk meraba, dan tubuhku mengkerut tak berdaya. dengan hati kosong melompong. pecundang memang.
hanya sebatas inikah kemampuanku? bertanya pada siapa kau? tanya pikirku. aku tidak tahu, jawab hatiku.
seperti ketika ini dan itu (terlalu banyak peristiwa) yang intinya menghadapi orang lain, banyak yang ku ingat adalah kegagalan. mungkin, aku tidak menyampaikannya dengan baik. mungkin.
jelas ku ingat adalah peristiwa itu, peristiwa yang membuatku tersadar atas kuasa Tuhan. hanya simpuh tangis doa yang bisa ku perbuat. seakan ditampar sekeras mungkin, bahwa aku (yang untungnya) telah diperlihatkan. diperlihatkan saja sudah membuatku merinding ketakutan. mengingatkanku kembali pada ruang kematian.
terasa sekali ketidakberdayaanku saat mengangkat tubuhnya dari tengah jalan, terasa sekali suara minta tolongku terlalu kecil didengar, terasa sekali bahwa (lagi-lagi) tanganku terlalu kecil untuk bisa membuatnya nyaman. dan yang paling menyakitkan adalah firasatku akan kejadian ini. kenapa bukan aku? ah tidak, seharusnya aku bersyukur bukan terjadi padaku, seharusnya bersyukur mereka baik-baik saja, bersyukur inilah pelajaran paling berharga. semua atas kuasa Tuhan.
lalu apa doaku di penghujung tahun ini?
semuanya di tahun ini penuh makna, sebuah proses pembelajaran, proses pendewasaan. kata yang sangat aku tidak ingin dengar dan tahu. aku hanya menjalani hidupku tahunku dan masaku selangkah demi selangkah. hanya langkah terseret yang ku rasa, mataku kabur untuk melihat, telingaku samar mendengar, kecil tanganku untuk meraba, dan tubuhku mengkerut tak berdaya. dengan hati kosong melompong. pecundang memang.
hanya sebatas inikah kemampuanku? bertanya pada siapa kau? tanya pikirku. aku tidak tahu, jawab hatiku.
seperti ketika ini dan itu (terlalu banyak peristiwa) yang intinya menghadapi orang lain, banyak yang ku ingat adalah kegagalan. mungkin, aku tidak menyampaikannya dengan baik. mungkin.
jelas ku ingat adalah peristiwa itu, peristiwa yang membuatku tersadar atas kuasa Tuhan. hanya simpuh tangis doa yang bisa ku perbuat. seakan ditampar sekeras mungkin, bahwa aku (yang untungnya) telah diperlihatkan. diperlihatkan saja sudah membuatku merinding ketakutan. mengingatkanku kembali pada ruang kematian.
terasa sekali ketidakberdayaanku saat mengangkat tubuhnya dari tengah jalan, terasa sekali suara minta tolongku terlalu kecil didengar, terasa sekali bahwa (lagi-lagi) tanganku terlalu kecil untuk bisa membuatnya nyaman. dan yang paling menyakitkan adalah firasatku akan kejadian ini. kenapa bukan aku? ah tidak, seharusnya aku bersyukur bukan terjadi padaku, seharusnya bersyukur mereka baik-baik saja, bersyukur inilah pelajaran paling berharga. semua atas kuasa Tuhan.
lalu apa doaku di penghujung tahun ini?
0 komentar:
Posting Komentar
komen sih komen