Hadapi dengan .....

0 komentar

Hari yang aneh waktu itu, bertepatan dengan hari pernikahan sahabat. Walau sudah di duga bakal terasa pegal-pegal tetapi semua berakhir dengan tertidur pulas. Tapi yang tak terduga adalah keluarlah semua keluh kesah uneg-uneg apapun itu namanya. Hanya karena satu kalimat dari orang tak dikenal.

Memulai hari dengan membangunkan sahabat yang lain, dan tentu saja hari itu ijin bekerja dengan alasan membuat SKCK dan Kartu Pencari Kerja a.k.a kartu kuning. Tidak bohong memang, sesudah akad nikah berlangsung mulailah berkeliling dalam kota mengurus surat-surat itu. Untungnya sesuai keinginan, satu hari selesai. Tetapi selesai pula sesuatu (bukan cuma satu, banyak) yang lain.

Mengeluh panas, haus, lama, dan birokrasi berbelit itu biasa. Nikmati saja toh bukan siapa-siapa aku ini. Tetapi memang raut wajahku tergambar jelas aku sedang apa. Disaat tidak ingin ‘memulai keributan’ ada saja pancingan walau sepele tetapi berakhir dengan tangis luapan hati.
Kalimat itu biasa saja, berupa canda. Tetapi entah kenapa membuat tatapan mataku tidak suka. Yang kemudian tergambar jelas wajahku tidak suka dan tersinggung. Bisa kuatasi memang, dengan sedikit akting dan itu adalah kepura-puraan. Trik psikologis dilawan trik psikologis, dan jelas aku merasa kalah.

Kalimat itu langsung membuatku berpikir apa yang kulakukan semua ini tidak dengan ikhlas, apa caraku salah, kurang ya yang kulakukan, jadi bagaimana kenapa apa siapa semua pertanyaan jadi satu. Lalu selanjutnya??

Seperti tempat tertutup yang terisi penuh kemudian tergores sedikit kemudian membesar dan pecah karena perbedaan tekanan. Brakkk!!! Tumpah semua isinya dan dindingnya pun rusak. Kukeluarkan saja semua isinya dan buang tempat yang rusak itu. Bertanya-tanya dan bersumpah serapah hingga memaki si pencipta lagu hadapi dengan senyuman, mengkomplain bahwa lirik dan judul lagu itu salah. Yang seharusnya (menurutku) hadapi dengan ikhlas baru bisa tersenyum. Ya, senyuman bukan berarti (dari) ikhlas, tetapi dengan ihklas melahirkan senyuman (itu pasti). sampai-sampai temanku menimpali, memang bego ya si dhani itu.. memang harusnya dengan ikhlas bukan senyuman. Kami pun tertawa bersama melahirkan senyuman, tempat yang baru.

Sama seperti mendung. Di kala gelap dingin tidak tahu berbuat apa, bersabarlah. Karena nanti terlewat juga hujan badai berganti hangat terik mentari.

0 komentar:

Posting Komentar

komen sih komen

 

©Copyright 2011 cerita PoENYa-koe | TNB