there is (no) hope

0 komentar
membandingkan sesuatu dengan yang lainnya itu paling ga enak klo kita sebagai objeknya. bagaimana pun itu terasa dituntut untuk seperti yang diinginkan. oleh siapapun yang membandingkan. yang jadi subjeknya pun rasanya sebal. ga puas. dilema.

setengah tahun di ibukota, rasanya seperti naik ombak banyu. siap ga siap harus siap mengikuti laju putarannya ombak banyu. siap terlempar siap muntah siap sempoyongan. setengah tahun pula di rumah ini, berbagai gaya putaran ombak banyu ga pernah berhenti. mual, sempoyongan, jatuh, terlempar sudah pernah semua. sampai tingkat yang paling tinggi pun sudah. mati rasa saking eneknya. bagaimana tidak, disini klo bisa dibilang seperti babu. disini semua biasa diladenin dilayani disuapin. sedangkan aku terbiasa mengerjakan semua sendiri, dengan paham dan prinsip keluarga yang sama sekali berbeda. berbanding terbalik lah...

dari atas sampai bawah sama aja sifat dan sikapnya. bossy. hei, apa ga liat itu hal kecil yang bisa kamu lakuin sendiri?! masa nutup pintu aja pake teriak?! manggil seenaknya. ga liat waktu atau apa yang lagi dikerjakan. maunya beres dalam satu waktu. pinjam aja tu tongkatnya harry atau kantong doraemon. semua keinginan pasti terwujud. huh.

sepertinya ga bisa diatur atau diajar yang bener. coba deh kerjain sendiri, hasilnya pun akan lebih puas klo dikerjain sendiri kan?! coba aja dulu klo ga bisa baru minta bantuan. jangan hanya karena malas menulis malas membaca malas berdiri dari sofa seenaknya nyuruh. bukannya tidak mau membantu. semua ada waktunya dan semua ga bisa kamu miliki.

hei ibuku tersayang, bagaimana pendapatmu klo melihat situasi seperti ini?! pasti engkau akan bilang dengan tegas kerjakan apa yang jadi tanggung jawabmu baru kamu minta hakmu. kerjakan sendiri! atau bagaimana denganmu ayah, lihat kehampaan keluarga ini, pasti engkau akan bilang ayah kerja jujur cari duit buat anak-anaknya biar pada pinter dan berhasil dengan usaha sendiri bukan disuapin. gitu kan ayah, ibu?

semua orang tua pasti sayang anak-anaknya, hanya caranya saja berbeda. disini sepertinya ga diajarin cara menghargai sesuatu, mandiri, sederana, jujur, apa adanya apalagi prihatin. cape hati, setiap aku lakuin sesuatu ga dianggap, dilempar, dibuang, ga dimakan atau paling parah dikata babi. ini bukan sakit hati mendendam atau sebagainya, tapi miris selama ini begini ya keluarga ini. hal yang ga patut dilakuin didiamkan begitu aja. ga ada penegasan bahwa ada hal yang boleh dilakukan dan tidak. yang atas diam saja, yang bawah makin menjadi.

ya allah, berkahilah keluarga ini.

0 komentar:

Posting Komentar

komen sih komen

 

©Copyright 2011 cerita PoENYa-koe | TNB